Sunday, July 24
Mengatasi Rasa Takut
Ketakutan nampaknya sudah menjadi bagian dari perilaku sebagian besar dari kita: takut gagal, takut ditolak, takut diledek, takut miskin. Bentuk-bentuk ketakutan ini pada akhirnya menyebabkan penyakit mental seperti kekhawatiran, kecemasan, stress, kesedihan dan sebagainya akibat adanya anggapan bahwa masa depan akan lebih buruk dari apa yang dialami sekarang.Ketakutan dan asal muasal rasa takut ini membedakan antara takut alamiah dan takut yang dibuat-buat.
Takut alamiah bisa dikatakan takut yang didasari oleh insting kita sebagai makhluk hidup. Misalnya ketika kita menyeberang jalan, kita akan tengok kiri tengok kanan untuk memastikan kita tidak tertabrak. Takut alamiah ini yang menjadi basic survival nenek moyang kita dulu dari zaman homo sapiens karena kalau tidak kita sudah punah sejak dulu kala. Takut alamiah ini berdasarkan fakta. Jadi ada parameter yang jelas kenapa kita takut sehingga kita mengantisipasinya dengan tindakan.
Tipe takut yang kedua adalah takut yang berdasarkan fiksi – bukan kenyataan. Tipe takut yang ini menyebabkan kekhawatiran, kecemasan dan stress padahal semuanya hanyalah anggapan yang tidak didukung fakta-fakta nyata. Misalnya seseorang yang takut bicara di depan umum beranggapan bahwa orang-orang akan mencemoohnya padahal belum tentu hal itu terjadi. Orang ini akhirnya memilih untuk diam saja sekedar mencari aman.
Di tulisan ini saya akan membahas lebih detil tentang tipe takut yang kedua dan bagaimana cara mengatasinya.
Asal Usul Takut
Takut yang sifatnya mental disebabkan karena kita punya standar, aturan, atau keyakinan yang harus dipenuhi, kalau tidak kita akan merasa gagal. Standar, aturan atau keyakinan ini biasanya timbul melalui pergaulan kita di lingkungan keluarga, teman, dan pekerjaan. Seolah-olah kita harus memenuhi tuntutan mereka dan beban ini membuat kita khawatir apabila kita gagal memenuhinya.
Banyak contohnya mulai dari takut gagal ujian, takut melajang terus, takut dijauhi teman, dsb. Padahal it’s OK untuk gagal ujian yang penting kita berusaha dengan belajar. It’s OK untuk tidak menikah sebelum kita memperoleh pasangan yang tepat (daripada menikah dipaksakan tapi akhirnya berantakan). It’s OK juga dijauhi teman selama kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan.
Ironisnya, ketakutan yang cuma anggapan ini bisa menjadi kenyataan ketika kita memikirkannya terus menerus. Ingat, pikiran kita bekerja sesuai dengan fokus kita. Apabila kita fokus kepada kekhawatiran maka cepat atau lambat apa yang kita takutkan akan terjadi.
Mengatasi Rasa Takut
Pertama, ubah fokus Anda dari takut menjadi cinta, dari khawatir menjadi optimis. Sadari bahwa takut tidak lebih dari sekedar ilusi yang belum tentu terjadi. Cintai apa saja yang Anda lakukan sepenuh hati. Abaikan kekhawatiran dan hilangkan standar, aturan, atau keyakinan yang dibuat oleh orang lain karena hanya diri Andalah yang mengetahui apa yang terbaik bagi Anda.
Kedua, bangun komunikasi dengan diri Anda sendiri. Tanyakan kepada diri Anda tiap kali Anda merasa khawatir, ”Apakah kekhawatiran ini membawa kebaikan atau menyakiti diri saya?”. Katakan kepada diri Anda bahwa Anda mencintai diri Anda apa adanya. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menentukan kebahagiaan Anda kecuali diri Anda sendiri. Bukan orang tua, bukan bos, bukan juga pasangan Anda.
Yang ketiga adalah berlatihlah untuk berhenti berpikir tentang masa depan dan habiskan waktu Anda sebanyak mungkin di masa kini. Artinya your mind and body selalu sinkron, bukannya badan disini tapi pikiran melayang kemana-mana. Kekhawatiran, kecemasan, pesimis hanya terjadi karena kita terlalu memikirkan masa depan. Dengan kita fokus ke masa sekarang kita menjadi lebih punya energi dan power untuk memperoleh kebahagiaan sekarang, bukan nanti, tapi sekarang.
Label:
Mengatasi Rasa Takut